<data:blog.pageTitle/> <data:blog.pageName/>

Tuesday, August 18, 2009

Muludan

Menjelang hari perayaan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal, (atau kalau dalam penanggalan Jawa jatuh pada bulan Mulud) di kota Cirebon biasa diadakan festival rakyat yang biasa disebut Muludan. Sebulan sebelumnya di alun-alun keraton Kasepuhan dan Kanoman dibuat lapak-lapak tempat orang berjualan pakaian, mainan dan makanan, menyediakan jasa ramal, menyediakan arena permainan anak, dll. Sama dengan acara Sekatenan yang biasa diadakan di Yogya dan Solo. Beberapa mainan tradisional masih dijajakan disini, mencoba bertahan dari gempuran teknologi di era Playstation, Game PC dan Game Online. Ada kapal "klothok" yang terbuat dari seng, dan untuk menjalankannya dipakai bahan bakar minyak tanah, mainan masak-masakan dari anyaman bambu, seng atau gerabah, atau topeng, boneka bouraq dan beberapa karakter wayang golek. Selain itu jajanan khas Cirebon tentunya juga banyak tersedia disini, hanya saja, dimusim Muludan seperti ini, biasanya mereka memasang harga sedikit lebih mahal dari biasanya. Jadi kalau mau cari empal gentong, docang, tahu gejrot, lengko yang sudah pasti rasa dan harganya, mending jangan beli disini deh...Disini rasanya STD banget, tapi harganya melebihi warung-warung biasa. Jika Muludan begini, biasanya penjual manisan, aneka dodol, arum manis, martabak dan tahu petis, banyak berjualan disini. Dari setiap penjuru pintu menuju alun-alun sudah berderet penjual makanan. mereka mencoba ikut ngalab berkah, setahun sekali, "Mrema-an" kalo kata orang Cirebon bilang. Ada juga penjual kerak telor, yang cukup banyak aku temui disini. Rombongan penjual kerak telor ini khusus datang dari Jakarta. Pantesan... biasanya aku hanya menemui satu-dua penjual, sekarang banyak sekali penjual kerak telor di berbagai sudut keramaian. Rupanya rombongan besar pedagang makanan khas Betawi ini juga ingin mencoba mengais rejeki di keramaian Muludan.
Lain lagi arena permainan anak-anak, dari mulai tong stand, ombak banyu, korsel, balon udara, kincir, istana hantu, kereta, mandi bola dan banyak lagi lainnya, juga ikut meramaikan festival rakyat ini. Untuk naik ke stand ini, pengunjung rata-rata ditarik bayaran Rp.5000,-. Dan mereka juga datang dari jauh, ada yang dari Klaten dan Demak - Jawa Tengah dan ada juga yang datang dari Blitar- Jawa Timur. Keramaian Muludan di Cirebon ini menari mereka untuk datang dan mencari penghasilan disini.
Buat yang suka diramal, di beberapa sudut pasar rakyat ini ada juga penyedia jasa ramal. Di era seperti ini masih saja ada orang yang percaya pada urusan ramal-meramal ini. Yang jelas, festival rakyat begini masih dinanti oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Tidak hanya karena even yang hanya datang setahun sekali ini sudah merupakan tradisi, tapi setidaknya mereka bisa mendapatkan hiburan yang cukup murah dan meriah. Acara festival rakyat ini nantinya akan ditutup dengan arak-arakan Panjang Jimat yang diadakan oleh Keraton. Pas malam habis isya di tanggal 12 bulan Mulud, Keraton Kasepuhan dan Kanoman biasanya menyiapkan segala tata cara upacara Panjang Jimat, dan mengaraknya dari Keraton menuju makam Sunan Gunung Jati (Astana Gunung Jati)di Gunung Sembung.

1 comments:

Anonymous said...

tapi harus hati2 tuh sering banyak copet heheheh