<data:blog.pageTitle/> <data:blog.pageName/>
Showing posts with label Kuliner Cirebon. Show all posts
Showing posts with label Kuliner Cirebon. Show all posts

Friday, September 4, 2009

Tahu petis kota udang Cirebon

Menjelang digelarnya tradisi Muludan, beberapa pedagang musiman sudah mulai menggelar aneka barang dagangannya. Mulai dari pakaian, kerajinan tangan, hingga beraneka ragam makanan. 
Tahu petis Cirebon adalah tahu goreng yang dimakan dengan saus yang berwarna hitam yang dinamakan petis. Tahu goreng tersebut seperti tahu pong tapi rasanya tidak asin. yaitu berasal dari tahu putih yang digoreng sampai kecoklatan tanpa dibumbui apapun. sedangkan petisnya berasa manis agak sedikit asin. agar menggugah selera tahu petis biasanya dimakan dengan cabai hijau. 
Dari bentuknya yang berupa segitiga karena memang dipotong melintang dari bentuk asalnya, tahu petis ini berbeda dengan tahu Sumedang atau tahu kuningan. Meskipun digoreng kering namun isi atau daging bagian dalam tahu masih terasa berisi atau tidak berongga. Karena terasa lebih berdaging itulah tahu goreng ini lebih enak dinikmati bersama petis atau cabe rawit. Ada pribahasa 

Mun ngaku wong Cerbon, bli afdol mun muludan bli tuku tahu petis. Artinya, kalau merasa jadi orang Cirebon, tidak afdol ke Muludan jika tidak membeli tahu petis



Readmore »

Thursday, August 27, 2009

Es Cuing Yang Melegakan

Pernah mendengar istilah cuing? Atau mungkin pernah merasakan es cuing?Ya, es cuing sebetulnya tak ubahnya dengan cincau hijau. Cara penyajiannya saja yang berbeda. Bila umumnya orang menjual es cincau dengan sirup yang dibuat dari gula putih, es cuing disantap dengan sirup gula merah, es serut dan siraman santan. Ciri khas lain, saat dimasak, sirup gula merah dicampur dengan sobekan daun pisang kering untuk memberi aroma. Rata-rata es cuing dijual 500 rupiah per gelas. Rasanya sungguh segar di tengah teriknya suhu udara Cirebon yang cukup menyengat. Cuing sendiri ternyata berasal dari desa Mirat, Kecamatan Leuwimunding, Kabuaten Majalengka. kawan, sebenarnya saya sudah lama menulis berita ini untuk media di lembaga tempatku bekerja, dan sudah terbit bulan Februari 2009 lalu. namun saya baru sempat nge-post-kan di blog ini sekarang. tepatnya, aku gak kepikiran untuk nge-post-kan. okay, dengan sedikit ditambahkan kata pengantar, aku tak ingin sekadar share cerita duka nasib kaum perempuan, so untuk sekarang aku potong dengan pengalaman lainnya. dan tentunya, sampai aku selesai menuliskan berita tentang persoalan perempuan lainnya.
foto of beautiful  majalengka pemandangan di gunung batu sinapeul
Desa Mirat: Daerah Produksi Cuing Terbesar, Kurang Perhatian Pemerintah
Memasuki jalan panjang menuju Desa Mirat, kita bisa merasakan hawa sejuk yang berasal dari pepohonan yang berbaris teratur di sepanjang jalan. Terutama angin dingin persawahan sekitar Leuwimunding. Hingga akhirnya sampai di Desa Mirat, kita bisa menyaksikan langsung sebuah desa yang di lingkari perbukitan terjal. Di desa Mirat inilah, cuing dibuat. Dimana 50% dari penduduknya sebagai pembuat sekaligus penjual cuing. Sedangkan 40% lainnya lebih lebih banyak sebagai pegawai dan petani, 10% sebagai pedagang yang menjual bahan baku cuing.
IMG_4117
Dalam proses pembuatannya, cuing dibuat dari daun cuing. Daun hijau yang tergolong lembut dan lunak. Dan jangan heran jika pertama kali memasuki perkampungan Mirat, kita akan menemukan daun cuing ditanam di depan rumah warga Desa Mirat. Konon, proses pembuatan cuing harus menggunakan air yang keluar dari tanah di Desa Mirat. Karena jika dibuat dari air daerah lain, maka hasilnya tidak lunak, tapi kenyal seperti jelly.
Kabupaten Majalengka sendiri, secara aspek hidrologis, memang mempunyai beberapa jenis potensi sumber daya air. Yang tentunya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di permukaan air, ada mata air, sungai, danau, waduk lapangan atau rawa. Sedangkan air tanah, ada sumur bor, pompa pantek dan air hujan. Adapun sungai-sungai yang besar diantaranya adalah Sungai Cilutung, Cideres, Cikeruh, Ciherang, Cikadondong, Ciwaringin, Cilongkrang, Ciawi, dan Cimanuk.

Pedagang Cuing Kurang Diperhatikan Pemdes
Di luar Kota Cirebon, selama ini es cuing dikenal sebagai salah satu minuman khas dari Cirebon. Minuman pelengkap makanan khas Cirebon, seperti nasi Jamblang, empal gentong, ketoprak, lontong sayur, dan makanan khas Cirebon lainnya. Menurut Mistani, salah satu penjual es cuing asal Mirat, cuing sudah ada sejak zaman nenek moyang dulu. Mistani sendiri telah menjalankan profesinya sebagai pedagang es cuing sejak tahun 1980-an.
Hanya bermodalkan uang senilai 20.000 rupiah sekaligus sepeda ontel, Mistani mampu membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Hingga kini dia telah memiliki cucu, Mistani tetap bertahan sebagai penjual es cuing. Bahkan sejak tahun 2004, Mistani sudah mulai mencicil sepeda motor untuk menjalankan usahanya. Alhasil, untuk berkeliling menawarkan dagangannya, Mistani tak lagi menggunakan sepeda ontel.
IMG_0085 pa Mistani dan anak perempuannya yang sedang membantu membersihkan mangkuk tempat es cuing. dan di belakangnya, aku dan pa Agus sedang asyik ngobrol
.
Sayangnya, kemandirian warga selama puluhan tahun ini kurang didukung oleh pemerintah setempat. Tak pelak, meminjam modal kepada sesama pedagang sudah menjadi hal biasa di kalangan pedagang cuing. Selama ini para pedagang cuing juga belajar secara otodidak, belajar secara turun temurun dari keluarga. Di Mirat, tak ada satupun pedagang yang pernah mendapatkan bantuan, baik itu modal ataupun pelatihan untuk mengembangkan potensi usaha mereka.
“Selama ini pemerintah kurang respon, tidak ada yang namanya program pemerintah. Selama ini kami berjuang sendiri. Kalau ternyata kekurangan modal, biasanya kami kredit untuk membeli bahan dasar pembuatan es cuing,” ungkap Mistani, ketika ditemui Blakasuta pada Rabu.
Mistani juga mengaku hanya mengandalkan es cuing-nya, tidak jarang ada warga dari daerah lain yang belajar membuat cuing di Mirat. “Warga lain yang belajar membuat cuing di sini, biasanya juga mencari isteri di sini. Sehingga mereka bisa mempertahankan usahanya.
Sementara itu menurut Agus, salah satu warga Mirat, berharap agar pemerintah lebih memperhatikan potensi daerah yang bisa dikembangkan. “Dalam hal ini, pemerintah harusnya mampu menangkap peluang Desa Mirat sebagai potensi tersendiri. Mungkin tidak harus berupa materi, tetapi bagaimana agar mereka bisa meningkatkan kualitas produk, etos kerja, serta inisiatif untuk lebih mengembangkan usahanya,” ungkap dia. Karena, lanjut dia, sampai sekarang para penjual cuing ini minim perhatian pemerintah. Apalagi di tengah krisis global, mereka tak jarang harus pontang-panting cari modal atau bahkan meminjam modal.
(ditulis Oleh Alimah dalam majalah Blakasuta yang diterbitkan Fahmina Institute dengan judul “Desa Mirat: Daerah Produksi Cuing Terbesar Kurang Perhatian Pemerintah”)
Sumberhttp://menjadikosong.wordpress.com/2009/06/17/es-cuing/


Readmore »

Mie Koclok cirebon



Mie Koclok khas Cirebon, yang legendaris, rasanya rada susah kecuali sudah terbiasa.
Readmore »

Rujak Donggala Cirebon






Di Cerebon, rujak ada macam-macam: rujak manis (buah, yang umum disebut rujak), rujak janganan (kayak lotek, isinya sayur, bumbunya kacang, beda dikit ama lotek, suka ada yang pake mie basah), rujak sambel asem (sambelnya pake petis, tanpa kacang, isinya kangkung, toge dan timun), rujak donggala (asinan sayur dan buah), rujak uleg (campuran sayur + buah, bumbu kacang + pisang mentah, merucu banyakan), rujak merak (asinan sayatan + serutan pepaya muda).
Readmore »

Monday, August 24, 2009

Siroop Tjap Buah Tjampolay


Siroop Tjap Buah Tjampolay ini masih bisa kita temukan di supermarket bahkan hypermarket yang ternama di jakarta. ada beberapa yang diubah dari layout stiker brandnya sendiri, tapi tetap mempertahankan gambar, font dan warna yang masih ada sampai sekarang. yang masih terus kita pertanyakan adalah apa itu buah tjampolay? asing? bahkan tidak pernah kita dengar. walau masih persepsi, saya pribadi beranggapan mungkin itu kalo bukan buah cempedak mungkin lychee.. karena orang indonesia keturunan tionghoa yang bicara dengan logat totoknya menyebut cempedak sebagai campilak.. tapi jika dilihat dari bentuk buahnya jadi seperti lychee.


Tjampolay termasuk salah satu produk daerah Cirebon yang melegenda. Produk eksotis ini, dari sisi awareness, masuk peringkat pertama dari sekitar 1.523 industri kecil yang tersebar di kota udang itu. Konon, formula produk sirup ini diperoleh Tan Tjek Tjiu pada 11 Juli 1936 lewat mimpi. Terlepas dari cerita mistik seperti itu, sirup ini di Cirebon memang melegenda, karena rasanya yang khas. Bahkan, di tahun 2001, produk sirup milik keluarga Tjiuw ini berhasil menggondol penghargaan Bintang I -- Standardisasi Kelayakan Industri dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Dia mengungguli 14 perusahaan se-Jawa Barat yang diukur berdasarkan kualitas produk, proses produksi dan racikan. Selain itu, Tjampolay di tahun itu juga berhasil memperoleh Piagam Penghargaan Standardisasi Industri Internasional. Sirup ini tersedia dalam tiga rasa: rossen, asam jeruk dan nanas.

Meski telah memiliki pasar yang jelas, perusahaan sirup ini sempat terhenti selama 6 tahun. Itu terjadi pada 1964 ketika Tjiuw meninggal dunia. Baru pada 1970 sirup Tjampolay muncul lagi. Kali ini putra Tjiuw yang bernama Setiawan meneruskan usaha sang ayah. Sayang, tak berlangsung lama. Akibat kalah bersaing dengan sirup temulawak dan orson yang harganya lebih murah dibarengi kondisi ekonomi masyarakat yang makin kempis, usaha sirup Tjampolay pun mati suri. Tahun 1983 usaha sirup ini kembali bangkit. Kali ini pabriknya dipindahkan ke daerah Lawang Gada, Cirebon.

Dari Lawang Gada, Setiawan berhasil membangun kembali kejayaan usaha sang ayah. Usaha keluarga ini makin meroket pada periode 1990-an, ketika anak sulungnya Budiman mulai turun tangan membantu. Meski tak memiliki latar belakang ilmu racik-meracik seperti seorang analis kimia atau apoteker, Budiman yang lulusan sekolah musik ternyata bertangan dingin. Pria berusia 25 tahun ini sukses mengembangkan produk yang kini memiliki 9 rasa dari semula hanya tiga rasa (sebelum 1993). Jadi, selain yang sudah lebih dulu ada: rasa rossen, asam jeruk dan nanas, kini tersedia sirup Tjampolay rasa pisang susu, melon, leci, mangga gedong --yang menjadi ciri khas kota ini -- jeruk nipis dan kopi moka. Tak berhenti sampai di situ, Budiman juga membenahi lini produksi dan distribusi. Pusat produksi dipindahkan ke pusat kota di daerah Perumnas Elang Raya, Cirebon. Di area seluas 300 m2 Budiman memproduksi sirup Tjampolay tanpa mesin. Dalam sehari produksinya mencapai 1.200 botol.

Menurut Budiman, yang kini menakhodai perusahaan keluarga itu, kelebihan Tjampolay dibanding sirup lain yang beredar di pasar, menggunakan gula murni. Jadi, tidak memiliki efek samping bagi kesehatan. Sementara itu, lanjutnya, banyak sirup lain menggunakan sakarin. Itulah sebabnya, disebutkan Budiman, jangan heran sirup Tjampolay yang sudah dibuka kemasannya, hanya dalam hitungan bulan langsung mengkristal. Hal ini pula yang menyebabkan Budiman tidak berani mengekspor produknya. Padahal, ia mengungkapkan, produk sirupnya sangat bagus. Bahkan, beberapa tahun lalu ada seorang dokter di Cirebon merekomendasi Tjampolay untuk menyembuhkan penyakit lever. Meski harus bersaing dengan para pemalsu merek, Tjampolay berhasil memperluas pasarnya ke luar Cirebon. Sejak berada di tangan generasi ketiga ini sirup Tjampolay bisa didapat di berbagai kota besar -- dari Cirebon, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, sampai Bali, Bandar Lampung dan Kalimantan. Tjampolay didistribusikan langsung ke pedagang ritel. Kini sirup Tjampolay juga sudah bisa diperoleh di gerai ritel modern semacam Carrefour dan Alfa.
Sumber http://tbc-world.com/jinawiluhur
Readmore »

Tuesday, August 11, 2009

Krupuk Mlarat


krupuk mlarat adalah salah satu makanan khas cirebon dengan cuaca yang panas.makanan ini disajikan dengan menambahkan sambal asam.jajanan krupuk mlarat sangat cocok pada musim panas , selain menambah selera makan juga dapat membangkitkan semangat kerja. krupuk adalah bahan dasarnya, dengan bentuk seperti tali rapia yang ruwet( urak-urakan) dengan beragam warna, diantaranya merah mudah, kuning, putih, dan hijau. mlarat berarti miskin. krupuk mlarat digoreng tidak memakai minyak goreng, tapi memakai pasir yang sudah dibersihkan terlebih dahulu, yang melalui proses pengeringan, dan penyaringan dengan cara di ayak.
Readmore »

Sega Jamblang

Sega Jamblang (Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia) adalah makanan khas masyarakat kota Cirebon, Jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun Jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan. Menu yang tersedia antara lain sambal goreng (yang agak manis), tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempeserta tidak ketinggalan 'blakutak', sejenis cumi-cumi yang dimasak bersama tintanya. Sega Jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama. Keberadaan Sega Jamblang sebagai makanan khas Cirebon, tentunya tidak bisa dilepaskan dari sosok salah satu pedagangnya yang cukup tersohor, yaitu MANG DUL. Nasi Jamblang Mang Dul cukup dikenal oleh masyarakat Cirebon, bukan hanya bagi masyarakat kebanyakan, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat. Hampir semua Kepala Daerah, baik itu walikota atu bupati Cirebon, pernah singgah di warung Sega Jamblang Mang Dul. Bahkan beberapa selebritis ibukota, jika singgah di Kota Cirebon, selalu menyempatkan mampir ke warung nasi ini. Sentra makanan Sega jamblang di Kota Cirebon saat ini terletak di wilayah Gunung Sari, sekitar Grage Mall. Warung ini tidak pernah tutup alias buka 24 jam. Walaupun menunya sangat beraneka ragam, namun harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.
Readmore »

Docang Cirebon

Docang bahannya adalah Lontong yang dipadukan dengan daun singkong, tauge, taburan kelapa parut dan kerupuk dimakan dengan kuah yang terbuat dari bumbu oncom atau dage’ untuk sebutan orang Cirebon. Makanan ini merupakan versi lain dari keluarga lontong sayur tetapi bumbu kuah oncom yang digunakan memberikan rasa tersendiri
Mencari makanan docang ini agak mudah ditemui di daerah pemukiman atau di pasar karena cukup sederhana pembuatannya.
Tapi knapa istrisaya ga suka makanan ini apajarena dia orang Kuningan hehehehe
Readmore »

Empal Gentong

Empal gentong adalah makanan khas masyarakat Cirebon, Jawa Barat. Makanan ini mirip dengan gulai (gule) dan dimasak menggunakan kayu bakar (pohon mangga) di dalam gentong (periuk tanah liat). Daging yang digunakan adalah usus, babat dan daging sapi. Empal gentong berasal dari desa Battembat, kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.
 
Empal Gentong. Begitu judulnya. Katanya khas Cirebon dan yang katanya enak itu empal gentongnya. empal gentong satu ini mengkhususkan diri dengan dengkul sapi, tanpa jeroan yang bisa membahayakan tubuh saya. Jangan tanya saya di mana tempat persisnya.  Lalu bagaimana hasilnya? enak? Ya rasa dengkul sapi. Porsinya agak kebanyakan untuk saya, tetapi terlalu sedikit untuk anak saya yang sedang tumbuh itu. Maka begitu dia melihat saya tak sanggup menghabiskannya, dengan bahagia dia menyantap sisa dengkul saya.
Dengkul-dengkul sapi yang belum diolah, dikumpulkan di satu wadah di atas tungku untuk diasapi. Susahnya warung tenda pinggir jalan begini, sirkulasi udaranya tidak baik sehingga asap itu ya mbulet saja di dalam tenda. Dengkul dan penyantap dengkul sama-sama diasapi. Maka bagi pengidap bengek, saran saya jangan makan di dalam tenda.
Readmore »

Tahu Gejrot


Tahu gejrot adalah makanan khas Cirebon, Indonesia. Tahu gejrot terdiri dari tahu yang sudah digoreng kemudian dipotong agak kecil lalu dimakan dengan kuah yang bumbunya cabe, bawang merah, gula. Biasanya disajikan di layah kecil. atau cowet, biasanya pedagang menjajagan dagangannya dengan menggunakan sepeda, makanan ini enak sekali dimakan disiang hari yang terik dengan keringat bercucuran mantap
Readmore »