Seren Taun adalah upacara adat masyarakat Sunda yang dilakukan tiap tahun, berlangsung khidmat dan semarak di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Upacara adat sebagai syukuran masyarakat agraris ini diramaikan ribuan masyarakat Kuningan dan sekitarnya, bahkan dari beberapa daerah di Jabar dan mancanegara. Upacara seren taun bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntutan tentang bagaimana manusia senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, terlebih di kala menghadapi panen. Upacara ini juga dimaksudkan agar Tuhan memberikan perlindungan di musim tanam mendatang.
Friday, September 11, 2009
Home » Wilayah III » Seren Taun Di Kuningan
Seren Taun Di Kuningan
Upacara seren taun yang diselenggarakan tiap tanggal 22 Rayagung-bulan terakhir pada sistem penanggalan Sunda-itu, sebagaimana biasa, dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840. Sebagaimana layaknya sesembahan musim panen, ornamen gabah serta hasil bumi mendominasi rangkaian acara. Puncak acara seren taun biasanya dibuka sejak pukul 08.00, diawali prosesi Ngajayak (menyambut atau menjemput padi), lalu diteruskan dengan tiga pergelaran kolosal, yakni tari buyung, angklung baduy, dan angklung buncis-dimainkan berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang hidup di Cigugur.
Rangkaian acara bermakna syukur kepada Tuhan itu dikukuhkan pula melalui pembacaan doa yang disampaikan secara bergantian oleh tokoh-tokoh agama yang ada di Indonesia. Selanjutnya, dilaksanakan kegiatan akhir dari Ngajayak, yaitu penyerahan padi hasil panen dari para tokoh kepada masyarakat untuk kemudian ditumbuk bersama-sama, di Kompleks Taman Sari Paseban di sebelah utara Gedung Paseban. Ribuan orang yang hadir pun akhirnya terlibat dalam kegiatan ini, mengikuti jejak para birokrat, tokoh masyarakat, maupun rohaniwan yang terlebih dahulu dipersilakan menumbuk padi. Puluhan orang lainnya berebut gabah dari kedai bertajuk Pwah Aci Sanghyang Asri.
Ritual seren taun itu sendiri mulai berlangsung sejak Sabtu atau 18 Rayagung 1937, dimulai dengan pembukaan pameran Dokumentasi Seni dan Komoditi Adat Jabar. Setiap hari dipertunjukkan pencak silat, nyiblung (musik air), kesenian dari Dayak Krimun, Indramayu, suling rando, tarawelet, karinding, dan suling kumbang dari Baduy.
Posted by encep at 9:37 PM
Labels: Wilayah III
1 comments:
mau tanya nie mas, sebenernya sejarah seren taun itu apa ya?
menarik sekali sebenarnya ketika publik tau esensi dari perayaan ini.. sependengtaran saya dari data tertulis yang ada apakah benar ini merupakan budaya tradisi yang di wariskan oleh aliran kepercayaan tertentu, apa benar?
apakah tardisi lokal ini layak dikatakan sebagai tradisi sunda secara keseluruhan mengingat kuningan merupakan daerah kekuasaan dari kasepuhan cirebon bukan dari kerajaan pajajaran?
thanks atas penjelasanya.
Kalo usul jangan asal, kalo asal bahaya mas, pembodoha masal dosa besar lho!!!!!!
Post a Comment