<data:blog.pageTitle/> <data:blog.pageName/>

Sunday, April 4, 2010

Ceng Beng

Ceng beng sesungguhnya, disadari atau tidak, dilakukan dengan tulus atau sekadar kamuflase, adalah sebuah praktik jenius temuan para leluhur di masa lalu yang dapat menggenapi apa yang dinasihatkan Khonghucu di atas. Ceng Beng menjadi sebuah bengkel perbaikan moral yang memiliki nilai sakral, spriritual dan fenomenal.
Lihat saja, betapa berjubelnya lautan manusia di tanah-tanah pemakaman pada saat Ceng beng berlangsung, yang belum tentu ditemukan pada perayaan imlek, dalam hal kelengkapan anggota keluarga yang berkumpul di rumah orang tua atau saudara tertua. 

Aktivitas Ceng beng pun tanpa disadari telah menjadi sebuah kesempatan untuk merekonstruksi moral yang sudah mengalami pergeseran makna dan praktik dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua kaki yang berlutut, kedua tangan yang terkatup di depan dada dan kuncaran doa yang mengalir melalui pikiran yang tulus seolah menjadi bahan baku proses reposisi materi mental yang sudah mengalami pergeseran itu. Yang tadinya sudah mulai bengkok menjadi lurus. Yang sebelumnya kurang beretika menjadi lebih sopan dan santun. Yang semula arogan menjadi lebih rendah hati dan bersahaja. Dan seterusnya.
Semuanya seolah diperbaiki dalam bengkel moral yang ada di dalam diri. Ceng beng menjadi sebuah bengkel yang ampuh dan tangguh untuk memperbaiki moralitas bangsa dalam jangka panjang.



0 comments: