<data:blog.pageTitle/> <data:blog.pageName/>

Wednesday, September 9, 2009

Sejarah Desa Geyongan - Cirebon Kota Udang

Sejarah desa geyongan secara tertulis dan akedemis sampai saat ini belum ada yang mendiskripsikan/meneliti, tulisan ini didasarkan atas pinuturan dan cerita dari orang yang anggap dipercaya (H. Markina, Wa Mungkar dan Suryadi, kini ketiganya telah Almarhum) serta bukti- bukti sejarah peninggalan kebudayaan sosial ekonomi masyarakat geyongan yang sempat penulis lihat. Tempat-tempat yang dianggap sebagai asal muasal nenek moyang penduduk Desa Geyongan terdapat di 4 tempat masing -masing Pedukuhan Warakas, Gembur, Mijasem dan Kidas.

1. Pedukuhan Warakas.

Bukti sejarah bahwa awal mula peradaban desa geyongan berawal dari daerah Warakas, Warakas itu merupakan bagian wilayah dari Desa Geyongan yang kini letaknya sebelah timur jalan by pass Cirebon - Jakarta sebelah selatan dukuh Sirnabaya dekat berbatasan dengan desa Sende. Dulu sekitar pertengahan abad 18-an (17 ... M) di daerah Warakas terdapat suatu komunitas santri (Pesantren) tidak diketahui siapa pimpinan pesantrennya, lambat laun komunitas tersebut berkembang menjadi pesantren yang ramai karena banyak orang yang menuntut ilmu (mengaji dan ilmu agama).

Pada suatu waktu di jalan (kini jalan by pass) terjadi peristiwa pembegalan/perampokan yang mengakibatkan pembunuhan. Sejak peristiwa itu kehidupan di komunitas warakas terganggu karena pihak Pemerintah Kolonial Belanda menuduh bahwa pelaku perampokan itu adalah penduduk Warakas bahkan pihak kolonial Belada melakukan penindasan dan intimidasi kepada penduduk.

Demi untuk menghindari fitnah dan tuduhan pihak kolonial serta hal-hal tidak diinginkan, maka komunitas Warakas berpindah tempat yaitu ke arah barat tepatnya di tepian/bantaran Sungai Winong (Kali Wetan kata orang Geyongan) yang dulu dikenal Pesantren Wetan itu. Bukti sejarah di Warakas ada komunitas sampai saat ini masih terdapat sisa peningalannya berupa kuburan, begitu juga yang ada di bantaran Kali Wetan juga terdapat bekas peninggalannya. Setelah dibangunnya kali irigasi oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1901 (implikasi dari politik balas budi Belanda : Educasi, irigasi dan transmigrasi), maka secara berangsur-angsur penduduk pesantren wetan yang berada bantaran sungai winong/kali wetan berpindah ke tempat yang baru yang kini kita kenal dengan Jatilawang dan ada juga yang pindah ke beberapa tempat di pedukuhan Geyongan.

2. Pedukuhan Gembur, Mijasem dan Kidas.

Sepertihalnya pedukuhan warakas, di pedukukan Gembur juga dulunya ada komunitas dan akhirnya kosong karena penduduknya pidah ke Desa Geyongan yang mungkin tanahnya lebih subur atau karena banyak penduduknya pindahan dari pedukuhan sekitarnya. Pedukuhan gembur terletak disebelah selatan Ds. Geyongan sekarang dekat blok Pace.

Demikian pula pedukuhan Mijasem penduduknya banyak yang pindah mungkin ke desa geyongan atau ke arjawinangun, jejak peninggalan pedukuhan mijasem masih dapat dilihat sampai sekarang berupa kuburan. Letak dari pedukuhan Mijasem sekarang masuk dalam desa Kebonturi dekat dengan Gedung Bioskop Pahala. Dan untuk pedukuhan Kidas sekarang terletak di desa Kebonturi di blok Kidas, pedukuhan ini juga ditinggalkan penduduknya hijrah ke desa Geyongan peninggalan yang masih dapat dilihat berupa makam dan belik.
Dengan semakin banyak penduduk dari pedukuhan yang berpindah ke Geyongan semakin ramai dan berkembanglah Desa Geyongan hingga saat ini, sedang pedukuhan semakin ditinggal pergi penduduknya. Setelah penduduknya semakin ramai maka ditunjuklah seorang pemimpin atau yang kita kenal Kuwu (Kepala Desa).

Tidak ada cacatan yang pasti kapan geyongan itu berdiri sebagai Desa, berdasarkan catatan silsilah Kuwu di desa Geyongan Kuwu pertama yang memimpin Desa Geyongan adalah Ki Pandu sekitar pertengahan abad 19 (1850 M), dengan kedudukan desanya kalau sekarang ada di Tanahnya Man Wiat (Kakeknya Saki), beberapa tahun kemudian pindah ke Tanahnya Man Jupri (Bapaknya Majaji) dan pada Tahun 1923 pindah ke Balai Desa yang sekarang digunakan, waktu itu Kuwunya Bapak Wasura Dipraja. Keadaan balai desa Geyongan sekarang kondisi masih sangat baik cuman ada penambahan sedikit yaitu pendopo dan jendela kaca.


0 comments: